RENUNGAN HARIAN KATOLIK (SENIN, 7 SEPTEMBER 2020)



 RENUNGAN HARIAN KATOLIK

SENIN, 7 SEPTEMBER 2020

PEKAN BIASA XXIII  (HIJAU)

St. Regina

BACAAN I: 1Kor. 5:1-8

MAZMUR: 5:5-7.12

BACAAN INJIL: Luk. 6:6-11

Injil Lukas 6:6-11

Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.

RENUNGAN:

Menerima kabar gembira (Injil) tidak serta-merta membawa perubahan hidup. Oleh karena itu, Paulus memeberikan ilustrasi dari dunia bakry tentang ragi dan adonan. Nasehat Paulus sangat lugas: “Buang ragi lama, supaya kalian menjadi adonan baru oleh Kristus Anak Domba Paskah”. Untuk melakukan pembaharuan hidup, memang perlu mengubah haluan dan ‘menginstal ulang’ seluruh tata nilai lama dengan tata nilai baru sesuai dengan nilai Injil Kristus. Sebuah proses pergumulan yang tidak bisa sekali jadi. Dalam pilihan-pilihan yang diambil tercermin sistem nilai mana yang sesungguhnya menggerakan aktivitas kita.

Yesus memberikan contoh kasus untuk menguji sebenarnya apa passion kita atau apa dorongan domain dalam sistem nilai yang sejati kita hidupi: “Manakala yang diperbolehkan pada hari sabat: berbuat baik atau berbuat jahat?”. Dalam banyak kesempatan kita berlindung di balik aturan, pedoman, atau ketentuan karena itulah yang mengamankan hidup kita. Kita tidak perlu banyak berpikir dan tidak perlu membuat penegasan rohani atas peristiwa atau permasalahan konkret didepan mata. Karena, begitu kita menggunakan akal sehat dan hati yang berbela rasa, kita tidak bisa diam saja. Kita mesti bertindak dan bertindak itu selalu ada resiko.

Paus Fransiskus dalam sukacita Injil juga menyinggung praktik jamak dalam kehidupan menggereja: “Selalu melakukan apa yang baik yang dapat dilakukannya, bahkan jika menghadapi resiko menjadi kotor oleh lumpur jalanan”. Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka, dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri. Saya tidak menginginkan Gereja yang ambisius menjadi pusat dan berakhir dengan terperangkap dalam jerat obsesi dan prosedur. Bertindak itu berani ambil resiko. Tidak semua orang punya nyali untuk itu.

Tuhan Yesus, berilah kami keberanian untuk mengambil resiko bertindak karena tergerak oleh belas kasih kepada sesama. Semoga kami menjadi warga Gereja yang bersolider dengan sesama. Amin 


0 Response to "RENUNGAN HARIAN KATOLIK (SENIN, 7 SEPTEMBER 2020)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel