RENUNGAN HARIAN KATOLIK (RABU, 7 JUNI 2023)



RENUNGAN HARIAN KATOLIK

RABU, 7 JUNI 2023

PEKAN BIASA IX (Hijau) 

B. Anna dr Santo Bartolomeus

BACAAN I: Tob. 3:1-11a.13.16-17

MAZMUR: 25:2-4a.4b-5ab.6-7bc.8-9

BACAAN INJIL: Injil Markus 12:18-27

Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Lalu yang kedua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga dengan yang ketiga. Dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati. Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!"

Renungan :

AIlah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup" (ay. 27). Dalam Allah tidak ada kematian, yang ada hanyalah kehidupan. Injil hari ini menegaskan adanya kebangkitan orang mati, yang berarti adanya kehidupan abadi. Ini adalah salah satu pokok iman Kristiani yang kita doakan tiap Minggu dalam Syahadat. Kehidupan bersama Allah dalam keabadian ialah kehidupan dalam kepenuhan, dan kepenuhan itu tidak bisa dibandingkan dengan kepenuhan hidup di dunia. Di dunia ini, orang hidup dalam kepenuhan bila sehat, kaya, terhormat, berilmu, berkeluarga, dan beranak cucu. Semua ini tentu membahagiakan. Namun, kepenuhan dan kebahagiaan dalam hidup abadi melampaui dan tidak bisa dibandingkan dengan semua itu. 

Seperti dinyatakan dalam Bacaan Pertama, dalam Perjanjian Lama belum ada konsep yang jelas mengenai kebangkitan orang mati. Tobit yang buta dan Sara yang setelah menikah tujuh kali tidak mendapat keturunan jatuh ke dalam keputusasaan. Mereka bahkan memohon agar Allah mengakhiri hidup mereka, "Sudilah mencabut nyawaku, sehingga lenyaplah aku dari muka bumi dan kembali menjadi debu. Sebab mati lebih berguna bagiku dari hidup' (ay. 6). Akan tetapi, Allah mendengarkan keluh kesah tulus mereka dan mengabulkan doa mereka sehingga Tobit sembuh dan Sara mendapat suami baru. Artinya, Allah tidak menghendaki kebinasaan manusia, tetapi agar manusia hidup dan hidup dalam kepenuhan-Nya. Kebangkitan Yesus dari kematian dalam Perjanjian Baru memampukan kita mengimani kehidupan abadi secara lebih mantap. 

Ya Bapa, kami bersyukur atas anugerah hidup ini dan berharap akan kehidupan abadi. Semoga hak hidup kian dihargai di seluruh dunia. Amin.


0 Response to "RENUNGAN HARIAN KATOLIK (RABU, 7 JUNI 2023)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel