RENUNGAN HARIAN (RABU, 10 AGUSTUS 2022)



RENUNGAN HARIAN

RABU, 10 AGUSTUS 2022

PEKAN BIASA XIX 

Pesta St. Laurensius Diak. Mrt (Merah);

BACAAN I: 2Kor.9:6-10

MAZMUR: 112:1-2.5-9;

BACAAN INJIL: Injil Yohanes 12:24-26

Santo Laurentius adalah diakon dan martir. Dua sebutan yang amit Sangat penting di dalam kehidupan Gereja. Kita renungkan semangat kemartiranya.

Mengenai semangat kemartiran, saya teringat akan buku yang ditulis dalam rangka dua ratus tahun Keuskupan Agung jakarta. Buku itu dimulai dengan Judul: “Pada Awal Seorang Martir” Yang dikisahkan adalah seorang imam Jesuit bernama Aegidius d’Abreu yang dipenjarakan oleh VOC. Selanjutnya dikisahkan “Orang Belanda memukulnya sampai mati, karena la menerimakan sakramen-sakramen dan berdoa”. Darah martir ini - dan banyak martir lain yang tidak diceritakan - adalah benih iman yang berus herkembang sepanjang sejarah Keuskupan Agung Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Sejarah awal kehadiran dan karya para Suster Ursulin — Tarekat Religius pertama yang datang ke Batavia pada tahun 1856  diwarnai puta oleh kemartiran. Dua kisah ini menarik perhatian saya: “Pada tanggal 30 Oktober 1 859, Suster Stanislas Port meninggal dunia setelah menderita sakit beberapa hari saja. Umurnya baru 21 tahun. Ia lahir di Wiesbaden, Jerman pada tahun 1838. Kematiannya merupakan pukulan yang berat bagi kami. Ia seorang yang selalu gembira dan ramah dan dicintai semua orang yang mengenalnya”. Kisah yang kedua mengenai Suster Lude Schonenberg: “Ia lahir tahun 1833 dan tiba di Batavia tahun 1862. Tanggal 26 Juli 1865 Ia diserang wabah kolera dan menderita beberapa hari saja ... la pindah ke tanah air sejati dalam usia 32 tahun. Hidupnya singkat, tetapi penuh jasa. Ia menguduskan semua pekerjaannya dengan doa yang terus-menerus. Dengan gembira hati ia melakukan pelayanan yang paling rendah.”

Semua tarekat religius yang datang ke Indonesia, dalam diri para misionaris pertama tentu mengalami kemartiran yang serupa, dengan berbagai macam bentukya. Semangat kemartiran inilah yang membuat Gereja Katolik Indonesia terus bertumbuh dan berkembang. Semangat kemartiran ini pulalah yang ingin kita warisi dari Santo Laurentius dan para perintis Gereja Katolik Indonesia, karena kita ingin mengemban tanggung jawab sejarah. Kita ingin menjadi seperti biji gandum “jika la mati, la akan menghasilkan banyak buah” (bdk. Yoh. 12:24).

0 Response to "RENUNGAN HARIAN (RABU, 10 AGUSTUS 2022)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel