RENUNGAN ROHANI KATOLIK (JUMAT, 25 FEBRUARI 2022)



RENUNGAN ROHANI KATOLIK

JUMAT, 25 FEBRUARI 2022

PEKAN BIASA VII (HIJAU)

St. Walburga

BACAAN I: Yak. 5:9-12

MAZMUR: 103:1-2.3-4.8-9.11-12;

BACAAN INJIL: Markus 10:1-12

DOA PAGI:

Allah Bapa Mahasetia, Engkaulah sahabat sejati kami. Curahkanlah Roh Kudus-Mu untuk menjadikan kami sahabat-sahabat yang setia bagi sesama kami. Dengan pengantaraan Tuhan kami Yesus Kristus, yang Hidup dan Berkuasa, bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin

RENUNGAN:

Kutipan Injil hari ini banyak dipakai sebagai Injil pada pemberkatan pernikahan. Mengapa? Karena menjadi dasar kesatuan dua orang yang diikat oleh kasih Allah yang tak terceraikan. Benarlah bahwa perkawinan dua orang yang dibaptis adalah sakramen, suatu tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan melalui Tuhan Yesus Kristus. Ada peran Allah dalam peristiwa itu, sehingga keputusan yang diambil sungguh diyakini bukan keputusan manusia semata, melainkan dan Allah. Mestinya setiap pasangan melihatnya demikian, sehingga relasi tenis berkembang dan tetap kuat, sehingga mampu bertahan dan tidak terpisahkan sampai akhir hidup. Kenyataannya, hidup perkawinan, termasuk pasangan suami istri katolik, tidak selalu bertahan sampai akhir hayat. Tidak sedikit pasangan yang tidak lagi bisa hidup bersama serumah. Secara praktis mereka telah bercerai, meskipun secara hukum Gereja masih terikat satu sama lain. Banyak pula pasangan yang masih serumah, tetapi sebenarnya hidup sendiri-sendiri. Ada pula yang meski masih terikat secara hukum Gereja, tetapi merasa sudah bebas dan ikatan itu, sehingga tanpa merasa bersalah menikah lagi.

Keputusan untuk berpisah sering kali berangkat dan masalah kecil dan sepele yang kemudian berkembang menjadi besar. Bertumpuknya masalah membuatnya tidak dapat diselesaikan. Mediasi gagal karena tidak bisa lagi ditemukan jalan keluar. Mengapa hal demikian terjadi? Penyebabnya tak lain adalah sulitnya tercapai kesepakatan atas suatu hal. Jika masing-masing bertahan pada pendiriannya dan tertutup satu sama lain, tidak akan terjadi dialog, sehingga kesepakatan tidak akan pernah tercapai. Mestinya pasangan suami-istri beriman katolik, tidak mendasarkan dialognya atas pikiran dan pendapat pribadi semata, melainkan mendasari hal-hal tersebut dengan nilai-nilai Injil. Jika landasannya adalah sudut pandangnya sendiri dan tidak mau membuka diri untuk melihat dan menerima pandangan pihak lain, pasti tidak akan sampai pada kesepakatan. Jika itu berkenaan dengan hal-hal besar, masih bisa dipahami, tetapi sering kali karena sudut pandangnya berdasarkan pada materi, seperti uang, harta benda, apalagi disertai dengan gengsi dan terkadang emosi, dalam hal kecil sering tidak bisa sepakat. Jika masing-masing pihak merasa benar dan tidak bisa merasa ada kekurangan dan salah, sulit juga mengakui kesalahan dan meminta maaf. Padahal salah satu kunci penting dalam hidup bersama adalah minta maaf dan memaafkan. Untuk dapat bertahan dalam hidup bersama sampai akhir hayat suami-istri mesti mengembangkan sikap rendah hati, mau mengakui kesalahan dan meminta maaf; serta saling terbuka demi perbaikan melalui masukan, dialog bahkan kritik sekali pun. Sebagai pengikut Kristus, masing-masing mesti berkembang semakin menyerupai Kristus dan selalu melihat bahwa kesatuan keduanya bukan dasar cinta manusiawi semata, tetapi kesatuan dalam kasih Tuhan.


0 Response to "RENUNGAN ROHANI KATOLIK (JUMAT, 25 FEBRUARI 2022)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel