RENUNGAN HARIAN KATOLIK (RABU, 18 SEPTEMBER 2024)
RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RABU, 18 SEPTEMBER 2024
Hari Biasa
1Kor 12:31-13:13; Mzm 33:2-3.4-5.12.22; Luk 7:31-35.
BcO Est 14:1-19
Warna Liturgi Hijau
Kata Yesus: "Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya."
Renungan
Dalam perumpamaan Yesus ini, anak-anak kecewa karena mereka tidak mampu membujuk siapa pun untuk bergabung dalam musik yang mereka mainkan. Mereka mengeluh bahwa jika mereka memainkan musik di pesta pernikahan, tidak ada yang mau bernyanyi dan menari; dan jika mereka memainkan musik di pemakaman, hasilnya juga sama. Refrein ini menggemakan kata-kata dari Pengkhotbah 3:4 yang berbunyi, "Ada waktu untuk menangis dan ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap dan ada waktu untuk menari."
Pesan Yesus tentang Kerajaan Allah adalah sebuah pewartaan tentang kabar baik dan sukacita yang besar bagi mereka yang mau mendengarkan; tetapi juga peringatan bagi mereka yang menolak. Mengapa pesan Yohanes Pembaptis dan pesan Yesus mendapat penolakan dan telinga mereka yang mendengarkannya seolah-olah tuli? Jawabannya, karena iri hati dan buta rohani.
Dua penyakit rohani ini telah menjangkiti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi sehingga mereka mengaitkan Yohanes yang berpuasa dengan kerasukan setan dan perjamuan makan bersama Yesus sebagai pesta pora bersama pendosa. Mereka tidak mampu untuk melihat hal-hal baik yang dilakukan oleh orang Iain, bahkan yang dilakukan oleh mereka yang diutus Allah. Apa yang dapat membuat kita menjadi buta secara rohani dan lambat mendengarkan suara Tuhan?
Seperti generasi pada zaman Yesus, zaman kita juga ditandai dengan ketidakpedulian dan kebutaan, terutama dalam perkara-perkara surgawi. Ketidakpedulian membuat telinga kita tuli terhadap suara Tuhan dan kabar baik dari Allah. Hanya orang yang rendah hati yang dapat menemukan sukacita di dalam kasih karunia dan kemurahan Allah.
Ya Tuhan, bukalah telinga kami untuk mendengar kabar baik tentang kerajaan-Mu dan bebaskanlah hati kami untuk mengasihi dan melayani-Mu dengan penuh sukacita. Semoga tidak ada yang menghalangi kami untuk mengikuti Engkau dengan sepenuh hati. Amin.
0 Response to "RENUNGAN HARIAN KATOLIK (RABU, 18 SEPTEMBER 2024)"
Post a Comment